Siapkan dana darurat kesehatan berapa sih cukupnya adalah pertanyaan yang harus dijawab setiap orang dewasa, terutama di tengah kenaikan biaya rumah sakit, penyakit kronis, dan tekanan ekonomi 2025. Banyak yang mengandalkan BPJS atau asuransi, padahal masih ada biaya tambahan seperti obat, co-payment, kamar VIP, atau tindakan yang tidak ditanggung. Tanpa dana darurat, satu sakit serius bisa menghancurkan tabungan, bahkan memaksa menjual aset atau berhutang.
Faktanya, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan survei Katadata 2025, hanya 35% masyarakat Indonesia yang memiliki dana darurat, dan lebih dari 60% mengaku pernah mengalami kesulitan keuangan saat anggota keluarga sakit. Sayangnya, banyak yang baru sadar pentingnya dana darurat setelah terjadi musibah — saat itu, terlambat untuk menabung.
Artikel ini akan membahas:
- Kenapa dana darurat kesehatan jadi prioritas
- Rumus menentukan jumlah yang cukup
- Faktor yang memengaruhi besaran dana
- Cara menabung secara konsisten
- Dampak jika tidak punya dana darurat
- Gabungkan dengan asuransi
- Panduan untuk pemula
Semua dibuat untuk membantu kamu membangun fondasi finansial yang kuat, agar kesehatan tidak jadi beban ekonomi.
Kenapa Dana Darurat Kesehatan Jadi Prioritas di Tahun 2025?
Beberapa alasan utama:
- Biaya rumah sakit naik 12–15% per tahun → operasi bisa capai ratusan juta
- Penyakit kronis meningkat → diabetes, jantung, stroke, kanker
- BPJS dan asuransi tidak menanggung semua biaya → ada co-payment, limit, dan pengecualian
- Kesehatan tidak bisa diprediksi → siapa pun bisa sakit kapan saja
- Perlindungan finansial jangka panjang → cegah kebangkrutan karena sakit
Sebenarnya, dana darurat kesehatan bukan untuk orang sakit — tapi untuk orang sehat yang bijak.
Tentu saja, mencegah lebih baik daripada mengobati, tapi jika terjadi, kamu harus siap secara finansial.
Terlebih lagi, banyak penyakit datang tiba-tiba tanpa gejala awal.
Akhirnya, keluarga harus memilih antara menyelamatkan nyawa atau menghabiskan tabungan.
Karena itu, dana darurat adalah bentuk perlindungan manusiawi terhadap risiko tak terduga.
Padahal, dulu banyak yang mengira cukup dengan BPJS.
Namun kini, banyak yang menyadari bahwa BPJS adalah dasar, bukan pelengkap total.
Karena itu, dana darurat tetap wajib dimiliki.

Berapa Sih Cukupnya? Rumus Menentukan Jumlah Dana Darurat Kesehatan
Tidak ada angka tetap, tapi bisa dihitung berdasarkan kebutuhan dan risiko pribadi.
Berikut rumus umum yang direkomendasikan perencana keuangan:
🔹 Rumus Dasar: 3–6 Bulan Biaya Hidup
- Hitung total pengeluaran bulanan (makan, transport, listrik, cicilan, dll)
- Kalikan 3–6 kali
- Contoh: Pengeluaran Rp 8 juta/bulan → dana darurat = Rp 24–48 juta
Untuk apa?
→ Dana ini untuk kebutuhan hidup saat tidak bisa bekerja karena sakit.
🔹 Rumus Khusus Kesehatan: 1–2x Biaya Rawat Inap Perkiraan
- Cek biaya rawat inap di rumah sakit favorit (misal: Rp 15 juta/10 hari)
- Kalikan 1–2x → Rp 15–30 juta
- Tambahkan dana untuk obat, tindakan, dan transport
Untuk apa?
→ Dana khusus untuk biaya medis yang tidak ditanggung asuransi.
🔹 Gabungan: Dana Darurat Umum + Dana Kesehatan Khusus
- Dana umum: 3–6 bulan biaya hidup
- Dana kesehatan tambahan: Rp 15–50 juta (tergantung usia & risiko)
Sebenarnya, semakin tua usia, semakin besar dana yang harus disiapkan.
Tidak hanya itu, orang dengan riwayat penyakit keluarga butuh dana lebih besar.
Karena itu, perhitungan harus personal, bukan general.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran Dana Darurat
FAKTOR | DAMPAK |
---|---|
Usia | Semakin tua, risiko penyakit kronis makin tinggi → butuh dana lebih besar |
Riwayat Penyakit Keluarga | Diabetes, jantung, kanker → siapkan dana lebih besar |
Jenis Pekerjaan | Pekerja lepas atau UMKM → tidak ada jaminan sakit → butuh dana lebih besar |
Kondisi Asuransi | Jika asuransi terbatas → butuh dana darurat lebih besar |
Jumlah Tanggungan | Semakin banyak anggota keluarga → risiko lebih tinggi |
Lokasi Tinggal | Kota besar → biaya rumah sakit lebih mahal |
Sebenarnya, tidak ada “cukup” yang universal — cukup adalah yang sesuai kebutuhanmu.
Tentu saja, lebih baik lebih siap daripada kekurangan.
Karena itu, evaluasi kondisimu secara jujur.
Cara Menabung untuk Dana Darurat Kesehatan secara Konsisten
1. Tentukan Target & Jadwal
- Misal: Rp 30 juta dalam 3 tahun → Rp 833 ribu/bulan
- Tulis di sticky note atau aplikasi reminder
Sebenarnya, target jelas membuat menabung lebih mudah.
Tidak hanya itu, kamu bisa lacak progres setiap bulan.
Karena itu, jangan asal menabung — rencanakan.
2. Buat Rekening Khusus
- Pisahkan dari rekening utama
- Gunakan rekening deposito atau tabungan berjangka
Sebenarnya, rekening terpisah cegah godaan untuk dipakai.
Tentu saja, uang hanya boleh diambil saat darurat.
Karena itu, disiplin sangat penting.
3. Otomatisasi Transfer
- Atur auto-debit setiap gajian
- Transfer langsung ke rekening dana darurat
Sebenarnya, “bayar diri sendiri dulu” adalah prinsip keuangan sehat.
Tidak hanya itu, kamu tidak akan lupa menabung.
Karena itu, manfaatkan teknologi perbankan.
4. Kurangi Pengeluaran Tidak Penting
- Kurangi jajan, langganan berlebihan, atau belanja impulsif
- Alihkan ke dana darurat
Sebenarnya, hemat Rp 200 ribu/bulan = Rp 7,2 juta dalam 3 tahun.
Tentu saja, konsistensi jauh lebih penting daripada jumlah besar.
Karena itu, mulai dari yang kecil.
5. Gunakan Bonus atau THR untuk Dana Darurat
- Alihkan 30–50% bonus/THR ke tabungan kesehatan
Sebenarnya, uang tambahan adalah peluang emas untuk percepat target.
Tidak hanya itu, kamu tidak merasa terbebani.
Karena itu, manfaatkan momen finansial.
Apa yang Terjadi Jika Tidak Punya Dana Darurat Saat Sakit?
DAMPAK | PENJELASAN |
---|---|
Hilang Tabungan Pendidikan/Investasi | Dana untuk anak atau masa depan ikut terpakai |
Berhutang (Kartu Kredit, Pinjol) | Bunga tinggi, beban jangka panjang |
Jual Aset (Mobil, Rumah) | Melepas kekayaan yang susah dikumpulkan |
Menunda Pengobatan | Risiko komplikasi, bahkan kematian |
Stres Finansial & Keluarga | Konflik, depresi, hubungan retak |
Sebenarnya, sakit fisik bisa jadi bencana finansial jika tidak disiapkan.
Tidak hanya itu, stres keuangan memperburuk kondisi kesehatan.
Karena itu, dana darurat bukan kemewahan — tapi kebutuhan wajib.
Gabungkan dengan Asuransi: Strategi Perlindungan Ganda
KOMPONEN | PERAN |
---|---|
Dana Darurat | Untuk biaya langsung, co-payment, dan kebutuhan hidup saat sakit |
Asuransi Kesehatan | Untuk biaya besar seperti operasi, rawat inap, kemo |
BPJS Kesehatan | Jaring pengaman dasar, akses ke rumah sakit pemerintah |
Sebenarnya, dana darurat dan asuransi saling melengkapi.
Tidak hanya itu, asuransi tidak bisa digunakan untuk semua hal.
Karena itu, punya keduanya adalah strategi terbaik.
Terlebih lagi, banyak asuransi swasta membutuhkan dana darurat untuk co-payment.
Akhirnya, tanpa dana darurat, klaim bisa terhambat.
Dengan demikian, kombinasi keduanya sangat penting.
Penutup: Kesehatan Bukan Hanya Soal Tubuh, Tapi Juga Keuangan
Siapkan dana darurat kesehatan berapa sih cukupnya bukan sekadar perhitungan angka — tapi komitmen terhadap kesejahteraan diri dan keluarga.
Kamu tidak perlu menunggu sakit untuk memulai.
Cukup tentukan target, buat rekening khusus, dan transfer rutin setiap bulan.
Karena pada akhirnya,
uang tidak bisa membeli kesehatan — tapi dana darurat bisa menyelamatkan hidupmu saat kesehatanmu hilang.
Akhirnya, dengan satu keputusan:
👉 Transfer Rp 500 ribu ke rekening khusus hari ini
👉 Matikan langganan yang tidak perlu
👉 Hitung kebutuhan dana daruratmu
Kamu bisa tidur lebih tenang, tahu bahwa jika terjadi apa-apa, kamu sudah siap.
Jadi,
jangan remehkan risiko.
Jangan tunggu sakit.
Dan jangan anggap dana darurat sebagai beban.
Karena perlindungan finansial adalah hak dasar yang harus kamu perjuangkan sendiri.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap langkah kecil untuk kesehatan adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu — dari satu keputusan bijak.